Treble Winners Couple Power


— setelah gelisah tenggelam dalam gelembung linglung
 
José Mário dos Santos Mourinho Félix; Jose Mourinho; Matilde Faria; Tami; Robert William Robson; Bobby Robson; Aloysius Paulus Maria van Gaal; Louis van Gaal; Chelsea Football Club; Chelsea FC; Chelsea; Football; Club; The Blues; True Blue; Keep The Blue Flag Flying High; KTBFFH; 26; March; Maret; Aries; Adib Rifqi Setiawan; Adib; Rifqi; Setiawan; AdibRS; Alobatnic; AlobatnicARS;
Treble Winners Couple Power — setelah gelisah tenggelam dalam gelembung linglung
Catatan lumayan José Mário dos Santos Mourinho Félix (Jose Mourinho) ketika menggelinjang di arena sepak bola tak seperti catatannya dalam berkeluarga dan berumah tangga. Keberhasilannya melantan keharmonisan keluarga dan rumah tangga yang dibina dengan Matilde Faria membikin kisahnya tak istimewa: tak ada perjuangan untuk bangkit dari keterpurukan seperti ketika dirinya dipecat berpisah baik-baik dengan Chelsea dan Real Madrid.

Puan dengan kecantikan dan ukuran kesintalan badan lumayan menawan ini biasa disapa Tami. Tami merupakan puan kelahiran Angola, yang menghabiskan masa persemaian remajanya di Setúbal, Portugal, home town-nya Mourinho. Di sana, keduanya memula perjalanan bersama tak berkesudahan yang tak istimewa ini.

Rasa cinta yang dimulai sejak keduanya masih remaja ditahbiskan dengan revolusi cinta pada 1989. Revolusi cinta yang berbuah immortal love bagi keduanya hingga kini. Bahkan ketika laki kelahiran 26 Januari 1963 ini digoda oleh Elsa Sousa pada tahun 2007, tak merisak rasa cinta yang menggelora dalam sukma terdalam.

Elsa, penjaga toko dengan kesintalan badan yang menggoda naluri laki, sempat menggilai Mourinho. Beruntung Tami segera peka ada berupaya mendekati sang suami. Tanpa perlu ribut-ribut, Tami pasang badan untuk mempertahankan ikatan cinta dengan Mourino. Elsa mulai tahu diri hingga memilih mundur teratur, mengakhiri potensi catatan kelam Mourinho dalam keluarga dan rumah tangga dengan manis tanpa pernah bertikai sadis.

Sebagai seorang pasangan, Tami bukan semata berperan sebagai mitra selakangan. Tami adalah sosok yang bisa menjaga kestabilan psikis Mourinho serta sanggup memberi saran teknis terkait karirnya. Tami juga yang meyakinkan Mourinho untuk menekuni dunia kepelatihan sepak bola, walau Tami mengerti kalau Mourinho tak ada apa-apanya ketika menjadi pemain.

“My wife and my son and my daughter have the biggest influence on me, that’s for sure. And why? Because they are the bosses and control everything in the house! And in relation to my job they don’t try to influence me but at the end of the day they have a big influence because when it comes to make big decisions—where to go, where to work, when to change—on this kind of thing they have a big influence on me.” ungkap Jose Mourinho terkait pengaruh keluarga dalam perjalanannya.

Selepas menjalani kegiatan perguruan tinggi, Tami segera menyarankan Mourinho untuk yakin diri mendekati Robert William Robson (Bobby Robson). Bobby Robson saat itu baru saja mendarat di negeri mereka, memulai perjalanan sebagai pelatih sepak bola di sana. Saran Tami kemudian dilakukan sepenuh hati oleh Jose Mourinho hingga berbuah ikatan persahabatan cinta yang tulus dan karier profesional sekaligus.

Persahabatan Cinta yang Tulus Robson & Mourinho

Karier Bobby Robson sebagai manager dimulai di Inggris, tanah airnya. Setelah sesaat menukangi klub yang lama dia bela, Fulham, Robson kemudian melegenda sebagai manager Ipswich Town. 13 musim dia terus bersama Ipswich sebelum akhirnya mendapat panggilan menangani tim nasional Inggris.

Laki kelahiran 18 Februari 1933 tersebut menangani tim nasional selama satu windu sejak 1982 hingga akhir ajang piala dunia 1990. Baru selepas 22 musim menjadi manager, Robson mendapat kesempatan bertualang ke luar Britania.

Petualangan pertamanya dimulai di Belanda selepas menerima tawaran untuk menangani PSV Eindhoven. Petualangan pertamanya menyeberang ke Belanda disebut Robson dengan “a culture shock but felt...a sense of adventure.” Robson merasakan perbedaan kentara antara suasana di Inggris dan Belanda.

Di Inggris, dia menyebut pemain akan selalu menerima keputusan manager. Sedangkan di Belanda, dia kerap didatangi pemain yang tak dimainkan dalam pertandingan. Robson juga dikejutkan dengan perdebatan taktik bermain antara manager dan pemain.
 
José Mário dos Santos Mourinho Félix; Jose Mourinho; Matilde Faria; Tami; Robert William Robson; Bobby Robson; Aloysius Paulus Maria van Gaal; Louis van Gaal; Chelsea Football Club; Chelsea FC; Chelsea; Football; Club; The Blues; True Blue; Keep The Blue Flag Flying High; KTBFFH; 26; March; Maret; Aries; Adib Rifqi Setiawan; Adib; Rifqi; Setiawan; AdibRS; Alobatnic; AlobatnicARS;
Treble Winners Couple Power — setelah gelisah tenggelam dalam gelembung linglung
Beragam tantangan tersebut membuat Robson hanya sanggup memberikan dua gelar juara liga domestik pada PSV selama dua musim ditanganinya. Sementara penampilan PSV di ajang kontinental, tak sesuai harapan pengurus klub. Raihan ini membuatnya ‘dipersilakan meninggalkan klub’ selepas akhir musim.

Setelah meninggalkan PSV, Robson menerima tawaran menukangi Sporting Lisbon pada Juli 1992. Di sana dia meminta Manuel José Tavares Fernandes (Manuel Fernandes) menjadi asistennya dan José Mário dos Santos Mourinho Félix (Jose Mourinho) sebagai penerjemah. Walau ditunjuk sebagai penerjemah, dalam praktiknya Robson kerap membahas taktik dan program latihan bersama Jose Mourinho.

Selama di Sporting, posisi Robson tak terlampau nyaman. Dia harus menghadapi presiden klub kala itu, José de Sousa Cintra (Sousa Cintra), yang gemar mendatangi pemain tanpa sepengetahuan Robson. Memang dia berhasil membawa klub menempati posisi ketiga di akhir kompetisi. Namun dia juga mengakui bahwa klub tersebut sedang mengalami “...a terrible state” dan menyebut presiden klub sebagai “loose cannon”.

Hubungan yang tak begitu nyaman disertai dengan posisi tak aman. Robson pun terdepak dari klub pada 30 November 1993 dengan dalih tersingkir oleh FC Red Bull Salzburg di ajang UEFA Cup. Padahal di kancah domestik, mereka sedang bertengger di posisi kedua klasemen sementara. Selain mendepak Robson, Sporting juga turut mendepak Manuel Fernandes dan Jose Mourinho.

Posisi Robson kemudian digantikan oleh Carlos Manuel Brito Leal Queiroz (Carlos Queiroz). Queiroz ditunjuk sebagai nahkod Sporting setelah nganggur pasca posisinya sebagai pelatih tim nasional Portugal selesai pada 17 November 1993. Sementara itu, status nganggur Robson dimanfaatkan oleh rivalnya, FC Porto.

Dengan sigap Porto memberikan tawaran pada Robson untuk mengisi posisi pelatih kepala yang kosong sesudah mereka mendepak Tomislav Ivić pada 30 Januari 1994. Robson segera mengajak Jose Mourinho ikut serta di Porto yang kembali diminta untuk menjadi ‘penerjemah’-nya seperti sebelumnya.

Ketika di Porto, Robson tinggal satu blok apartemen dengan Luís André de Pina Cabral e Villas-Boas (André Villas-Boas) yang saat itu belum genap berusia 17 tahun. Villas-Boas memanfaatkan kesempatan ini untuk ‘memperkenalkan diri’ pada Robson. Dari ‘perkenalan’ ini, Robson menunjuk Villas-Bos untuk ikut serta di Porto dalam observation department.

‘Perkenalan’ ini menjadi momentum penting bagi Villas-Boas. Robson kemudian membantu Villas-Boas memperoleh kualifikasi pelatih dari FA. Tak cukup di situ saja, Robson juga membantu Villas-Boas memperoleh lisensi kepelatihan UEFA C di Skotlandia meski secara administrasi belum memenuhi syarat lantaran masih berusia 17 tahun.

Untuk memberi kemantapan pada Villas-Boas, Robson pun menyarankan Villas-Boas untuk belajar metode kepelatihan di Ipswich Town. Setahun kemudian, pada usia 18 tahun, Villas-Boas memperoleh lisensi kepelatihan UEFA B yang dilanjutkan lisensi UEFA setahun berikutnya.

Lisensi UEFA Pro didapatkan Villas-Boas dari National Sports Centre in Largs, Skotlandia, di bawah bimbingan James Taylor Fleeting (Jim Fleeting). Di tempat dan dari sosok ini pula Jose Mourinho memperoleh lisensi UEFA Pro.

Musim perdana Robson di Porto dengan status carteker manager memang tak berhasil merengkuh gelar juara liga domenstik. Namun setidaknya Robson berhasil membalas dendamnya pada Sporting Lisbon dengan bertengger di posisi kedua klasemen akhir, terpaut dua angka dari Benfica yang menjadi juara dan satu angka dari Sproting yang menempati posisi ketiga.
 
José Mário dos Santos Mourinho Félix; Jose Mourinho; Matilde Faria; Tami; Robert William Robson; Bobby Robson; Aloysius Paulus Maria van Gaal; Louis van Gaal; Chelsea Football Club; Chelsea FC; Chelsea; Football; Club; The Blues; True Blue; Keep The Blue Flag Flying High; KTBFFH; 26; March; Maret; Aries; Adib Rifqi Setiawan; Adib; Rifqi; Setiawan; AdibRS; Alobatnic; AlobatnicARS;
Treble Winners Couple Power — setelah gelisah tenggelam dalam gelembung linglung
Balas dendam Robson juga dilakukan di ajang Taça de Portugal. Porto yang ditangani Robson, bersua dengan Sporting yang ditangani Queiroz di pertandingan final. Pertandingan sengit berlangsung antar keduanya pada laga yang dihelat di Estádio Nacional pada 05 Juni 1994. Hasil imbang memaksa mereka memainkan laga replay yang digelar di venue yang sama lima hari kemudian.

Dalam laga replay ini, Porto berhasil memungkasi laga dengan kemenangan dramatis. Gol Rui Jorge de Sousa Dias Macedo de Oliveira (Rui Jorge) pada menit 35 yang dibalas oleh Budimir Vujačić pada menit 55, tampak membuat laga akan berlanjut ke babak tambahan. Namun Aloísio Pires Alves mengubah suasana stadion setelah berhasil menjebol gawang Sporting pada menit 91. Porto pun ditahbiskan sebagai juara.

Dua musim berikutnya, yang ditangani Robson sejak awal musim, berhasil mengukuhkan Porto sebagai juara liga domestik dua kali beruntun. Gelar Supertaça Cândido de Oliveira (Piala Super Portugal) juga berhasil dia persembahkan tiga kali beruntun pada 1994, 1995, dan 1996.

Di ajang kontinental, Porto berhasil dibawa Robson mencapai babak semi-final UEFA Champions League musim 1993/94. Sayang langkah mereka dihentikan oleh Barcelona dengan skor 3-0. Di semi-final lainnya, AC Milan melumat AS Monaco dengan skor yang sama.

AC Milan kemudian menjadi juara sesudah menghempaskan perlawanan Barcelona dengan empat gol tak berbalas. Tepat satu dekade kemudian, Porto dan Monaco lah yang bersua di pertandingan final. Salah satu pertandingan final penting dalam sejarah sepak bola.

Posisi Porto di klasemen akhir musim 1993/1994 membuat mereka tak bisa tampil di UEFA Champions League musim 1994/1995. Sebagai runner-up liga, mereka hanya mendapat kesempatan tampil di UEFA Cup Winners' Cup. Sayang sekali raihan manis mereka di liga domestik tak diikuti di ajang kontinental kali ini. Mereka tersingkir di babak 8 besar setelah kalah adu penalti dari Sampdoria.

Di musim terakhir Robson, penampilan Porto di ajang kontinental pun tak bagus. Mereka kalah bersaing dengan Panathinaikos Athletic Club (Panathinaikos F.C.) dan Football Club de Nantes (FC Nantes) dan menempati posisi ketiga klasemen grup A. Lumayan tak berada di posisi juru kunci yang ditempati oleh Aalborg Boldspilklub (Aalborg BK).

Robson meninggalkan Porto dengan kenangan manis. Tak hanya raihan tropi bergengsi, juga dengan kemenangan manis yang dipersembahkan dalam laga terakhirnya menahkodai Porto. Menghadapi rival abadi mereka, Benfica, Porto berhasil menghempaskan lawan dengan 5 gol tak berbalas.

Kemenangan yang mengiringi perpisahan ini membuat Robson mendapat julukan “Bobby Five-O”. Pengaruh Robson tak sirna di Porto walau tak lagi bersama. Porto terus mendominasi papan atas persepakbolaan Portugal selepas ditinggal Robson. Satu legacy yang turut menyulitkan pelatih Porto selanjutnya.

Merasakan Kehangatan Catalan

Joan Gaspart i Solves, yang saat itu menjadi wakil presiden Barcelona, menghubungi Robson melalui telepon pada musim panas 1996. Gaspart memberi tawaran pada Robson untuk menahkodai raksasa Catalan tersebut. Selain pada musim panas, saat itu Barcelona sedang mengalami masa-masa panas.

Silang pendapat antara José Luis Núñez Clemente, presiden Barcelona saat itu, dengan pelatih kepala yang dipegang oleh Hendrik Johannes Cruijff (Johan Cruyff), memaksa Núñez ‘menyingkirkan’ Cruyff, yang notabene pelatih yang dia ‘bajak’ dari Ajax sewindu sebelumnya. Walau melegenda, dua musim terakhir Cruyff sebagai pelatih kepala Barcelona kerap didera lara. Robson tanpa pikir panjang menerima tawaran Gaspart.
 
José Mário dos Santos Mourinho Félix; Jose Mourinho; Matilde Faria; Tami; Robert William Robson; Bobby Robson; Aloysius Paulus Maria van Gaal; Louis van Gaal; Chelsea Football Club; Chelsea FC; Chelsea; Football; Club; The Blues; True Blue; Keep The Blue Flag Flying High; KTBFFH; 26; March; Maret; Aries; Adib Rifqi Setiawan; Adib; Rifqi; Setiawan; AdibRS; Alobatnic; AlobatnicARS;
Treble Winners Couple Power — setelah gelisah tenggelam dalam gelembung linglung
Lagi dan lagi, Robson mengajak Jose Mourinho ikut serta. Jose Mourinho kembali menerima ajakan Robson. Kali ini Jose Mourinho turut memboyong keluarganya ke Catalan. Jose Mourinho berperan sebagai penerjemah Robson di konferensi pers dan perencanaan sesi latihan serta membantu pemain melalui saran taktik dan analisis tentang lawan.

Duet Robson dan Jose Mourinho saling melengkapi. Robson sangat suka dengan gaya menyerang ketika bermain sehingga dia lebih lihai dalam membangun sisi penyerangan tim. Sementara Jose Mourinho sangat piawai membangun sisi pertahanan tim. Jose Mourinho juga orang yang bisa menyusun perencanaan program latihan dengan rapi dan rinci yang bisa diterapkan dengan apik oleh Robson.

Awal musim 1997/1998, Robson dikabarkan berpindah peran menjadi General Manager di Barcelona. Sementara peran pelatih kepala diisi oleh Aloysius Paulus Maria van Gaal (Louis van Gaal). Namun kabar tersebut terbantahkan lantaran Robson tetap menjadi pelatih kepala pada musim tersebut.

Kabar datangnya van Gaal untuk menahkodai Barcelona terwujud semusim berikutnya, 1998/1999. Kepergian Robson dari Barcelona kali ini tak diikuti oleh Jose Mourinho yang bertahan di Barcelona. Sepertihalnya bertahan pada pekerjaan, persahabatan Robson dan Jose Mourinho juga tetap bertahan.

“One of the most important things I learnt from Bobby Robson is that when you win, you shouldn't assume you are the team, and when you lose, you shouldn't think you are rubbish.” tutur Jose Mourinho tentang hubungannya dengan Robson.

Jose Mourinho yang tetap di Barcelona melanjutkan pekerjaannya bersama van Gaal. Selama bersama van Gaal, Jose Mourinho lebih banyak belajar tentang ketelitian laki asal Belanda ini. Van Gaal sendiri melihat bakat Jose Mourinho lebih dari sekedar asisten yang terampil.

Tanpa ragu, van Gaal memberikan kepercayaan pada Mario untuk menangani tim Barcelona B. Lebih dari itu, dalam ajang tertentu seperti Catalonia Cup, van Gaal bahkan mempercayakan Jose Mourinho bertindak sebagai ‘pelatih kepala’.

Kepercayaan van Gaal memberikan pengalaman pada Jose Mourinho untuk mengembangkan gaya melatihnya sendiri. Gelar Catalonia Cup pada tahun 2000 berhasil Jose Mourinho persembahkan pada Barcelona ketika dia mengambil alih peran van Gaal.

Selama di Barcelona, van Gaal terus kesulitan untuk menerapkan gagasannya ke dalam permainan Barcelona. Laki kelahiran 08 Agustus 1951 ini juga kerap bentrok dengan media massa dan terus menerima kritikan tajam maupun cacian dari para pendukung Barcelona. Selain itu juga menghadapi beberapa pemain yang tak nyaman berhubungan dengannya.

Keadaan tersebut membuat van Gaal memutuskan meninggalkan Barcelona pada 20 Mei 2000. Hanya beberapa hari setelah Real Club Deportivo de La Coruña, S.A.D. (Deportivo de La Coruña) menahbiskan diri menjadi juara liga. Ungkapan perpisahan van Gaal dan Barcelona belakangan menjadi terkenal, “Amigos de la prensa. Yo me voy. Felicidades.” (Friends of the press. I am leaving. Congratulations.)

Baik van Gaal maupun Jose Mourinho, keduanya pergi dari Catalan untuk kembali ke tanah air mereka. Perpisahan pembuka jalan perubahan yang sempat membikin Jose Mourinho gelisah. Setelah mempertimbangkan beragam masukan dan keadaan, Jose Mourinho akhirnya memutuskan untuk mulai terbang tinggi seperti Elang.
José Mário dos Santos Mourinho Félix; Jose Mourinho; Matilde Faria; Tami; Robert William Robson; Bobby Robson; Aloysius Paulus Maria van Gaal; Louis van Gaal; Chelsea Football Club; Chelsea FC; Chelsea; Football; Club; The Blues; True Blue; Keep The Blue Flag Flying High; KTBFFH; 26; March; Maret; Aries; Adib Rifqi Setiawan; Adib; Rifqi; Setiawan; AdibRS; Alobatnic; AlobatnicARS;